Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa
pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas
seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta
mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan
pertemanannya.
Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara
lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi
dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar
yang kurang baik.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku
anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan
mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko
sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di
sepanjang rentang kehidupan.
Faktor-faktor
penyebab kenakalan remaja.
- reaksi frustasi diri
- gangguan berpikir dan intelegensia pada diri remaja
- kurangnya kasih sayang orang tua / keluarga
- kurangnya pengawasan dari orang tua
- dampak negatif dari perkembangan teknologi modern
- dasar-dasar agama yang kurang.
- tidak adanya media penyalur bakat/hobi
- masalah yang dipendam
- keluarga broken home
- pengaruh kawan sepermainan
Batasan dan Jenis Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan tindakan melanggar peraturan atau hukum yang
dilakukan oleh anak di bawah usia 18 tahun.
Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai
dari kenakalan ringan seperti membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan
sekolah, melanggar jam malam yang orangtua berikan, hingga kenakalan berat
seperti vandalisme, perkelahian antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan
sebagainya.
Dalam batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The
Adolescence, terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja,
yaitu:
1.
Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku
yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan, dan
pembunuhan.
2.
Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum minuman
beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti
peraturan sekolah atau orang tua.
Menurut Karol Kumpfer dan Rose Alvarado, profesor dan asisten profesor dari
University of Utah, dalam penelitiannya, menyebutkan bahwa kenakalan dan kekerasan
yang dilakukan oleh anak dan remaja berakar dari masalah-masalah sosial yang
saling berkaitan.
Di antaranya adalah kekerasan pada anak dan pengabaian yang dilakukan oleh
orangtua, munculnya perilaku seksual sejak usia dini, kekerasan rumah tangga,
keikutsertaan anak dalam geng yang menyimpang, serta tingkat pendidikan anak
yang rendah.
Ketidakmampuan orangtua dalam menghentikan dan melarang perilaku menyimpang
yang dilakukan oleh anak remaja akan membuat perilaku kenakalan terus bertahan.
Faktor-faktor penyebab munculnya kenakalan remaja, menurut Kumpfer dan Alvarado, Minggu (23/1/2011)
Faktor-faktor penyebab munculnya kenakalan remaja, menurut Kumpfer dan Alvarado, Minggu (23/1/2011)
- Kurangnya
sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.
- Contoh perilaku
yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan
nilai-nilai anti-sosial.
- Kurangnya
pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di
luar sekolah, dan lainnya).
- Kurangnya
disiplin yang diterapkan orangtua pada anak.
- Rendahnya
kualitas hubungan orangtua-anak.
- Tingginya konflik
dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga.
- Kemiskinan dan
kekerasan dalam lingkungan keluarga.
- Anak tinggal jauh
dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain.
- Perbedaan budaya
tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru.
- Adanya saudara
kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan
kenakalan remaja.
Faktor lingkungan atau teman sebaya yang kurang baik juga ikut memicu timbulnya perilaku yang tidak baik pada diri remaja. Sekolah yang kurang menerapkan aturan yang ketat juga membuat remaja menjadi semakin rentan terkena efek pergaulan yang tidak baik.
"Guru yang kurang sensitif terhadap hal ini juga bisa membuat remaja menjadi semakin sulit diperbaiki perilakunya. Demikian juga dengan guru yang terlalu keras dalam menghadapi remaja yang bermasalah. Bisa jadi, bukannya ikut meredam kenakalan mereka, malah membuat kenakalan mereka semakin menjadi," ujar Prof. Arif Rachman, pakar pendidikan dari UNJ.
Sementara M Faisal Magrie, konsultan psikologi remaja dari Asosiasi Berbagi, menyatakan beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk mencegah munculnya perilaku kenakalan pada anak remaja.
Menurut Faisal, mengasuh anak yang memasuki usia remaja dapat diandaikan seperti bermain layangan. "Apabila orangtua menarik talinya terlalu dekat, layangan itu tidak akan bisa terbang. Namun bila orangtua membiarkan talinya terlalu jauh, layangan tersebut akan putus karena angin yang kencang, atau hal lain seperti menyangkut di pohon," kata Faisal.
Begitu juga dengan anak remaja, jika orangtua terlalu mengekang anak, yang terjadi adalah anak tidak mampu berkembang secara mandiri dan mereka akan berusaha untuk melepaskan dirinya dari kekangan orangtua. Ketika hal ini terjadi, lingkungan sosial, terutama teman sebaya, akan menjadi pelarian utama si anak.
Apabila ternyata lingkungan sosial tempat anak biasa berkumpul memiliki kecenderungan untuk melakukan kenakalan remaja, anak juga berpotensi besar untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan kelompoknya.
Hal yang sama juga dapat terjadi apabila orangtua terlalu membebaskan anak. Perbedaannya adalah, anak yang dibebaskan tidak merasakan tekanan sebesar apa yang dirasakan oleh anak yang dikekang, sehingga dorongan untuk memberontak cenderung lebih kecil dibandingkan anak yang dikekang.
0 komentar: